Senin, 23 Februari 2015

MY LITTLE BOY "BAYO"


Matahari pagi sudah naik sepenggalan, seperti biasa aku harus berkali-kali mengeluarkan suara memanggil-manggil sebuah nama, BAYO, iya itulah nama anak lelakiku yang harus aku bangunkan untuk bersiap-siap  berangkat ke sekolah. Bayo agak sulit bangun pagi di pagi hari dia sekolah, mungkin karena malam sebelumnya dia tidur terlampau malam sekitar pukul 22.00 WIB. Akhirnya setelah kugoyang-goyang tubuhnya, Bayo membuka matanya juga. “ Ayo dek Bayo, sekarang sudah jam setengah tujuh, buruan bangun nanti sampai sekolah terlambat lagi,” omelanku langsung mendarat ke telinganya. Dengan  masih menahan kantuk dia melangkahkan kakinya ke kamar mandi tanpa lupa membuka bajunya terlebih dulu.            
  “ Umaaa, tolong mandiin dek Bayo,” begitu teriaknya dari dalam kamar mandi. Memang setiap pagi hari aku yang memandikannya karena seharian kemarin dia bermain kotor-kotoran dan sorenya dia mandi sendiri sehingga tidak terlalu bersih. Selesai mandi, Bayo mencari baju yang akan dipakainya di dalam lemari pakaian. Sebenarnya Bayo sudah bisa dikatakan mandiri dalam hal keperluan yang menyangkut dirinya seperti mandi, menyiapkan baju, memakai baju, makan, tidur ataupun hal-hal lainnya. Namun terkadang kemanjaannya keluar, mungkin merasa anak bontot yang paling disayang oleh kami sekeluarga.

Setelah rapi memakai baju dan celananya, dia bertanya padaku, “Uma, dek Bayo sarapan apa nih pagi ini?”. Dan aku pun pergi ke dapur menyiapkan sarapan untuknya. “Dek, ini sarapannya, ayo cepat dimakan sudah jam segini, tidak usah sambil main HP ya!” ucapku sembari menyodorkan piring berisi nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Di saat Bayo menikmati makan paginya, aku mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah juga. Aku ke sekolah bersama Bayo karena aku memang bergabung sebagai Fasilitator di Yayasan yang menaungi Sekolah Alam Jingga Life School tempat Bayo bersekolah.

Aku keluarkan motor warna biru yang setia mengantarku setiap hari ke sekolah dan menemaniku beraktivitas lainnya. Tak lupa berpamitan dengan suami dan anak-anakku, dan Bayo berpamitan dengan Ayahnya dan kakak-kakaknya, kukendarai motor melaju melewati pintu gerbang perumahanku untuk menuju Sekolah Alam Jingga Life School.

Sesampainya di Sekolah, Bayo mencium tanganku dan kami berpisah menuju tempat masing-masing karena berbeda lokasi. Bayo langsung menghampiri kelasnya, salam dan menyapa Guru Kelas dan teman-temannya. Mereka sedang asyik bermain gangsing modern yang terbuat dari plastik dan logam. Dia pun langsung membaur bersama yang lainnya. Teman-teman sekelasnya yang mayoritas laki-laki saat berada di kelas lebih banyak memanfaatkan waktu mereka untuk bermain. Pada jam belajar pun setelah menyelesaikan tugasnya, mereka isi waktu luang itu dengan bermain. Namanya juga anak-anak, tidak jauh-jauh dari bermain.

Bayo di mata teman-temannya adalah pribadi yang lucu. Dia sering memanfaatkan barang-barang yang ada di dalam kelas sebagai objek lawakannya. Seperti sapu misalnya. Sapu diubah oleh Bayo menjadi gitar dan mikrofon. Bayo berekspresi layaknya seorang penyanyi professional yang sedang performance di atas panggung. Di lain waktu, Bayo maju ke depan kelas dan tampil laksana seorang aktor membawakan acara Lenong kesenian khas dari Betawi. Teman sekelasnya yaitu Rafi, Bintang, Nizar, Saladin, Zakhwan, dan Yumna tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya. Sekarang-sekarang ini Bayo suka sekali berpantun di depan teman-temannya. Menurut Bu Putri, Guru Kelasnya, Bayo berpotensi menjadi seorang pekerja seni.   

Pukul 11.30 WIB, siswa SD menyatu dengan siswa SM di Aula Sekolah Alam Jingga Life School untuk berjama’ah melaksanakan sholat Dzuhur, selepas itu mereka mengantri untuk mengambil makan siang. Walau ada yang lebih dulu mendapatkan makan siangnya, namun mereka harus makan bersama-sama  dengan dimulai melafadzkan doa sebelum makan terlebih dulu.  Bayo menikmati makan siangnya hingga habis tanpa sisa sebutir nasi pun di piringnya. Dia berjalan menuju ke tempat pencucian piring dan mencuci piringnya sendiri. Di Sekolah ini sejak pertama masuk Tahun Ajaran Baru telah diajarkan kemandirian, salah satunya dengan mencuci sendiri piring yang dipakainya makan. Alhamdulillah, aku bersyukur bahwa banyak perubahan kemandirian pada diri Bayo setelah pindah ke sekolah ini. Saat awal masuk di Kelas II Semester II, Bayo sering tantrum karena keinginannya tidak terpenuhi. Namun kini setelah setahun terlihat kemandirian, penuh pengertian, perhatian dan berpikir lebih dewasa  daripada teman seusianya dari sekolah lain muncul dari dalam dirinya. Pernah sekali Bayo marah-marah sambil memukuliku berkali-kali saat masih berada di sekolah gara-gara meminta sesuatu yang tidak bisa aku penuhi waktu itu. Banyak rekan Fasilitator melihat kejadian itu dan mereka mencoba membujuknya tetapi Bayo tetap bersikeras pada keinginannya. Akhirnya aku harus ajak pulang dia lebih awal.  Dan keesokan harinya di Sekolah dia mendapat hukuman dari Kepala Sekolah SD mencuci piring seluruh siswa kelas I selesai makan siang. Rupanya hukuman yang mendidik itu telah membuatnya berpikir bahwa sikapnya kemarin kepadaku tidak dapat dibenarkan dan tidak boleh dia ulangi lagi. Sampai sekarang dia tidak pernah mengulangi perbuatannya itu lagi.

Tanpa kusadari ternyata Bayo juga memberikan perhatian kepada siswa SM bila ada salah satu dari mereka beberapa hari tidak terlihat masuk sekolah, padahal aku sama sekali tidak memberitahunya. Aku menangkap bahwa itu salah satu bentuk sikap perhatian dan peduli yang tumbuh pada diri anakku kepada orang lain.  


Mudah-mudahan kebiasaan-kebiasaan baik yang diajarkan pada Bayo selama menuntut ilmu di Sekolah Alam Jingga Life School ini terekam baik di otaknya sehingga kelak bisa memberikan kontribusi di kehidupannya saat besar nanti dan memberikan kebaikan dan manfaat untuk dirinya maupun lingkungannya, aamiin.